Hari ini aku mendapat jadwal mengawas ujian di kelas timur. Sempat kulirik di jadwal, bahwa kelas yang kuawasi adalah kelas Multimedia. Wah,.. hahah.. pasti bakalan ada kejadian unik di jurusan yang terkenal siswanya gokil, batinku.
Sambil mengucap salam ketika memasuki kelas ini, kuedarkan pandangan ke dalam kelas. Kuamati satu persatu siswa dengan sedikit memicingkan mata, sedikit berusaha menebak karakter dibalik wajah tenang tengil mereka.
“Sudah berdoa?”, tanyaku lantang.
“Sudah, Bu…”, jawab mereka. Serempak.
“Kartu peserta diangkat..” perintahku lagi, dan lagi lagi mereka serempak mengangkat kartu peserta ujian warna kuning, dan beberapa ada yang berwarna putih. Perbedaan warna ini karena yang berwarna putih belum melengkapi syarat administrasi. Sehingga mereka boleh tetap mengikuti ujian, setelah ortu / wali murid datang ke sekolah.
“Kartu putih sudah distempel?”, tanyaku.
“Sudah, Bu..” jawab yang pegang kartu putih
“Kapan?”
“Tadi sebelum masuk”
“Good”
Kemudian amplop soal mulai kubuka, sambil tetap mengedarkan pandangan. Andai saja mereka berbuat curang disaat aku sibuk membuka soal ujian, mereka akan sedikit segan.
“Ini untuk buram, ya… jangan yang lain”, kubagikan kertas coklat.
“Lembar jawaban kalau lebih, geser ke sebelahnya”
“Hp sudah diletakkan di tas?”
“Ndak bawa hp, Buuuu….” lagi - lagi kompak.
“Kerpekan (kertas contekan) sudah dibuang?”
Seisi kelas langsung geerrr… pandangan ke satu siswa.
“Kemarin ada yg tercyduk?”
“Ada, Buuu…”
“Riki, Buuu…”
“Itu duduk sana, Bu…”
“Mana?”
Dengan langkah cepat dan pandangan tajam, kuayunkan kaki ke bangkunya Riki.
Si Tersangka bligsatan mengelak tuduhan, sedangkan seisi kelas bersahutan memberi kesaksian.
“Cepat berdiri!” hardikku sambil tanganku bergerilya meraba saku baju.
“Ini apa?” acungku dengan selembar kertas kecil terlipat rapi. Dia cengengesan. Memerah wajahnya, namun segera kembali ke warna asal, kecoklatan.
Seakan dikomando, kelas langsung riuh dengan tawa. Status Tersangka langsung berubah menjadi Terdakwa saat itu juga.
“Wingi kenek saiki kenek maneh”
“Usum OTT a saiki…”
“Ambil aja, Buuu… laporkan”
Sementara Terdakwa tertawa malu, pura - pura malu, belagak malu, aahh... mungkin malu beneran yang disamarkan dengan cengengesan.
“Walimu siapa?”
“Pak Ezaaaaaarrr…” kompak dan gaduh terpingkal.
“Nah, pas. Beliau di sebelah.”
Barang bukti kuserahkan ke Pak Ezar disertai tawa riuh teman teman Riki.
10 MM 4 / R.29